Wanita Mulia Itu, Kita Panggil Ibu



Ibu..
3 huruf ini seakan tak menemukan lapuk
Tetap hidup terhunjam kuat dalam fikir,
Tetap segar teringat dalam hati
hatiku, hatimu, hati segala manusia

Sebab kasihnya tak terlimitasi waktu,
Sayangnya tak terdegradasi zaman,
Ia curah semua dengan deras, penuh, utuh…

Siangnya tergenang dengan derai peluh
Menuntun buah hati dari bangun hingga lelapnya
Malamnya berlalu tanpa memejam mata
Menjaga buah hati dari lelap hingga bangunnya

Engkau suapi kami dengan abjad hingga purna kami melafal kata
Engkau tuntun kami dengan kata hingga usai kami mengucap frasa
Engkau dikte kami dengan frasa hingga mahir kami beretorika
Tanpa jeda engkau selimuti kami dalam semesta yang penuh kasih
Hingga kini kami mampu berdiri tegak menantang dunia..

Namun ibu…
Bumi kini muram, durjana
Mengapa terkadang kulihat beberapa dari engkau menggerus buah hatinya dalam plastik hitam di atas troli sampah dan keruhnya selokan?
Mengapa sebagian darimu kini dekat dengan narkoba dan hura-hura?
Belum lagi saat kau keranjingan meneriakkan isu penyetaraan posisimu dengan pria, dan di saat yang sama kau tinggalkan darah dagingmu kebingungan mencari teman bermainnya.

Engkau kini jauh berbeda ibu,,
Kurasa ide demokrasi telah menyesap dalam nadimu, hingga engkau melupa kewajibanmu menutup aurat dan menjaga kehormatan
Dengung sinis liberalisme telah menukar engkau menjadi wanita gila belanja dan penuntut hak asasi manusia, kau terpusar pada lalai dan alpa yang sedemikian jauhnya
Engkau biarkan ayah dan anak-anaknya terlantar di sebuah rumah yang harusnya kau menjadi pengayom dan kebanggaan di sana..

Tak kudengar lagi suaramu menuntun kanak-kanak menitah huruf-huruf hijaiyah
Tak ada lagi kesabaranmu bercerita tentang Abdullah bin Rawahah
Tak ada lagi pelukan hangatmu yang menghangus semua gundah
Kau ganti semua peranmu dengan DVD player, televisi, guru ngaji, dan boneka yang mati…

Ibu..tak ingatkah engkau..
Orang-orang besar yang menggengam peradaban dalam tangannya adalah hasil tempaan dari wanita-wanita hebat yang tunduk pada Pencipta..
Ilmuwan sedahyat Ibnu Sina, terlahir dari rahimmu
Mujahid setangguh Khalid bin Walid, besar dari samudra keihklasanmu
Mujtahid secerdas Imam Syafi’i, terdidik dengan gunung tsaqofahmu
Wanita setegar Masyithah dan Asiyah, tumbuh bersama kesabaranmu

Lihat Ibu!
Mereka adalah orang yang mengisi lembar sejarah
Dalam ingatan manusia  mereka tak punah

Ibu, jika keberadaanmu tidaklah agung, lalu mengapa Rasulullaah menyebut engkau sebagai al imadul bilad (tiang negara)?
Maju mundurnya peradaban dan negara tidak bergantung dari seberapa kuat angkatan militernya, tapi seberapa baik dan shalihah para wanitanya

Wanita akan melahirkan, mendidik, membesarkan, dan mencetak generasi baru
Generasi yang menggenggam masa depan peradabannya
Dan generasi ini akan sesuai dengan kualitas para ibunya
Jika ibu baik, baiklah generasi, maka jayalah negara dan peradabannya
Jika ibu buruk, buruklah generasi, maka terpuruklah negara dan peradabannya

Ibu, engkau mulia
Kedudukanmu tinggi
Derajatmu agung
Islam meninggikan dan memuliakanmu
Islam mengagungkan dan menghormati tugas-tugasmu

Maka kembalilah ibu…
Timang kanakmu dengan kasih yang ayah tak mampu memberikan itu
Didik anakmu dengan intelektualitas yang sekolah tak bisa menyuapkan itu
Ajak ummat sekitarmu menuju kebaikan yang madrasah tak mampu mensuplai itu

Ibu, senantiasa mulia dalam islam, dalam seruan syariah, dalam perjuangan penegakan khilafah.

ALLAHUAKBAR!!!!

[Semburat JINGGA]

Leave a comment