Reading is So Sexy… ;P


Kelabu gagal menggelapkan Yogyakarta sore itu. Matahari tiba-tiba menyeruak lantang di antara kepulan awan yang membumbung tebal. Saat itu tanggal 28, tanggal yang terlalu tua bagi pegawai seperti saya dan Mba Ita untuk membeli seporsi mie bangka atau siomay kalibayem. Jadilah sore itu saya duduk melongo di samping mba Ita yang sedang asyik melicinkan pakaian.

“Mba pernah tau Jostein Gaarder?”

“Merk mobil keluaran mana itu?”, kata mba Ita sambil nyeterika. Saya manyun.

“Dia itu penulis kalee Mba.. Kalo novel sejarah Mba suka gak?”

“Nggak”. Jawab Mba Ita datar.

“Kalo buku pemikiran Islam gitu mba?”

Wanita di hadapan saya menggeleng dengan anggun.

“Sir Arthur Conan Doyle atau Agatha Christie gitu, mba pernah baca?”

Mba Ita menggeleng lagi, kali ini lebih kuat dan lama.

Saya tidak kehabisan akal untuk bertanya, “Kalo novel-novel lama karya Marah Roesli, N.H Dini mba pernah baca?”

Mba ita menggeleng lagi sambil mulai menggaruk kelapa (baca kepala) pertanda mulai geram dengan pertanyaan saya.

“Terus mba suka buku apa? Jurnal? Karya Ilmiah? Komik mungkin?”

Mba Ita berdehem tanda jawaban ‘tidak’

“Oh kalo komik-komik serial cantik gitu mba atau Kindaichi n Conan?”

“Ngggaaaaaaaaak!”

Saya kabur teratur, lah daripada ditempel sama setrikaan, kan ga lucu. -,-

***

Percakapan di atas dirubah dengan sedikit improvisasi dan hiperbolik frasa tanpa mengurangi fakta. Ita adalah teman satu kontrakan saya selama nyaris 3 tahun ini. Yang membuat saya gatel ingin tanya adalah fakta bahwa beliau samasekali tidak punya buku bacaan di kamarnya, kecuali dua buku yang dibeli entah dengan kesadaran atau karena risih karena saya ejek melulu. Hampir ga pernah rasanya melihat Mba Ita duduk tenang baca buku, paling sering saya ngeliat dia lagi nyeterika, pegang hape, n bersih-bersih. 😀

Suatu saat pernah akhirnya dengan sedikit ‘kejam’ saya memberi beliau tugas (ciieeh kurang ajar banget saya nyuruh-nyuruh orang tua. :D) untuk membaca buku. Sehari minimal lima belas lembar. Awalnya saya yang memilihkan buku untuk beliau. Karena memang kebanyakan buku saya adalah buku pemikiran islam, jurnal kontemporer, dan novel-novel bestseller, maka saya pilihkan bacaan yang relatif ringan untuk standar orang yang jarang baca seperti beliau. Saya ambil semi fiksi sejarah ‘Pacar Merah Indonesia’ karya Matu Mona. Eh beliau gak mau, malah ngambilnya deretan komik Conan yang saya koleksi sejak SMP. Akhirnya dengan sedikit pressure dan kekejaman ala teman kontrakan, beliau mengiyakan tugas membaca itu.

“Sehari lima belas lembar loh ya mba. Minimal itu. Ntar kalo dah selesai aku minta reviewnya lho.”

Mba Ita manyun dengan anggun (anggun? gak juga sih ngahahaha)

Dan begitulah tugas itu berjalan. Disusul buku kedua dan tugas beliau baca mentok sampe situ. Saya ingin ada buku ketiga, keempat, dan seterusnya untuk beliau baca tapi beliaunya ga mau lanjut lagi. Jadilah beliau pembaca setia kaskus dan blog menuju hijau. Hiks…

***

Yah, disadari atau tidak, setuju atau tidak, membaca buku masih menjadi sebuah kegiatan yang  dianggap membosankan dan asing bagi beberapa kalangan. Ambil contoh saja di kontrakan saya. Teman saya yang imut  plus manis ga ketulungan yaitu mba Juwita Nur Sembri adalah tipe orang yang langsung berat matanya saat disuruh membaca buku (berdasar pengakuan dan fakta) :D. Ada juga Mba Dewi yang mirip-mirip sama mba Ita, atau Mba Novita yang sangat rajin membaca karena sedang hamil ;D

Setiap orang memang berbeda interesting atau minatnya. Mba Ita, Mba Dewi dan Mba Novi adalah ratu-ratu integral, kamsudnya mereka adalah orang yang akurr banget sama angka. Soal itung2an kaya apa deh modelnya, sodorin aja ke salah satu dari mereka, dijamin selese. Hehe, tapi memang untuk urusan membaca, rada susah.

Saya jadi ingat sebuah artikel yang saya lupa sumbernya. Perubahan itu tegak seiring dengan lesatan peluru yang terumbar di tiap-tiap moncong buku. Artinya keberadaan buku menjadi sangat penting untuk menjadi bahan bakar semangat, melangsungkan peradaban, atau menjaga keselarasan dalam sebuah masyarakat. Bisa dibuktikanlah bagaimana seorang Theodore Herzl yang mampu membangkitkan kaum Yahudi dengan buku fenomenalnya Der Judenstaat. Atau bagaimana Karl Marx yang mampu disembah sebagai nabi oleh kaum kiri karena karya Das Capitalnya. Masih terlalu banyak contoh-contoh lain.

Apa korelasinya dengan membaca? Seseorang mampu menulis ketika dia memiliki banyak referensi, banyak membaca. Titik. Itu pasti. Orang yang tidak pernah membaca pasti akan kesulitan ketika menyusun paragraf, cerita, cerpen, atau karya ilmiah. Namun seseorang yang rajin membaca, meskipun ia tidak suka menulis, pasti dia mampu menyusun kalimat dengan baik. Karena budaya membaca membuat otaknya merekam banyak sekali informasi, dan informasi ini akan mengalir begitu saja ketika ia membutuhkannya saat akan menulis atau berbicara. 

Buku bisa melempar kita ke zaman sebelum Masehi ketika Yunani riuh dengan diskusi ala Euclides, Democritus, Thales, Plato ataupun Aristoteles. Buku juga bisa mencerabut kita dalam ratapan hidup Vincent Van Gogh, mimpi-mimpinya, dan lukisannya yang tidak dihargai ketika ia masih bernyawa. Buku bisa mengantar kita pada jalan yang dititi Rasul serta para Shahabat, melihat dan membaca pasang suruh kekhilafahan. Dan cuma buku yang membuat kita tersenyum, menangis, tersedak, kaget dan kecewa dalam satu kali duduk. Reading is soooo SEXY…

Saya ingin kelak punya keluarga yang mencintai buku dan ilmu seperti mereka mencintai diri mereka sendiri. Saya ingin punya lemari besar dan bagus untuk menyimpan buku-buku saya (gak papa deh kayak sekarang gak punya lemari, asal punya rak buku ;P). Saya ingin membiasakan anak-anak saya kelak mencintai buku-buku mereka satu tingkat lebih rendah dibanding kecintaan mereka pada Kitabullah. Semoga Allah meluluskan permohonan saya, yang artinya saya gak boleh bosan membaca. Aaamiiin.

Muslim harus rajin membaca. Biar kata-katanya berbobot, biaar tulisannya menyemai kebaikan. Hamasah! 😀

4 thoughts on “Reading is So Sexy… ;P

Leave a comment