Untukmu, Sayang…


Sayang…mari sini bicara, dengan hati, empat mata…
Tatap mataku mesra, kau bisa lihat hanya luap kasih yang terpancar di sana (uhukk)
Berilah ijin bibirku mengucap segala yang sebenarnya telah sering kukata
Karena kau sama paham, padamu aku cinta…

Sayang…singgasanamu kini telah terestafet sekian kali
Banyak wajah telah mengisi dengan ragam target dan janji
Kau lihat kan sayang? Semua kursi adalah amanah bagi sesiapa yang telah terdedikasi
Puluhan juta berpartisipasi, tak hendak berfikir lewat satu kali
Tak mampu kita pungkiri, mereka butuh solusi

Kau adalah orang kesekian yang kulihat duduk bertelekan aman, nyaman
Mendadak diam jika tampuk kuasa telah tergenggam di tangan
Kau juga amnesia akan visi misi yang kau umbar di awal perkenalan
Kini lakumu melulu terfokus pada penataan hal-hal yang ada di permukaan
Bisalah kusebut itu sebagai taktik tambal sulam
Neci sana, obras sini, jahit situ, tapi tak menyentuh dimensi pokok permasalahan

Sayang, sungguh tak bosan kuberi kau curhatan kasih sayang
Punyakah kau sedikit keseriusan untuk benar-benar menuntas masalah yang kian mengambang?
Bagaimana mungkin kau berkhianat padaku tentang Century dan skandal kroni di balik Gayus Tambunan?
Kemana perhatian pada Sidoarjo yang telah tertimbun dengan semburan?
Berapa peluru yang oleh anak buahmu kau biarkan bersarang di tubuh orang-orang berjenggot, menenteng Al-Quran, padahal sebagai terorispun itu baru dugaan?
Jangan kau tambah-tambah dengan KB penuh bualan, kau kata menekan populasi mencipta kesejahteraan padahal kita sama tau itu cuma pembantaian massal perlahan
Aku pun ingin dengar alasanmu begitu gigih menerima hutang sebagai pendapatan seolah negerimu miskin tanpa kekayaan
Apa karena pundi-pundi alam telah secara cuma-cuma kau jual pada mereka yang dahulu menjanjikanmu singgasana kekuasaan?
Hingga kau berdiri di garda terdepan merancang Undang-Undang pesanan yang bagi mereka teramat menguntungkan namun kau buat rakyatmu serasa makan sekam
Dan sungguh tak akan cukup lembar ini mencatat rentetan masalah ruwet yang sedari zaman kakek nenekmu kami telah merasakan

Sayang, lihatlah…
Rasakan tiap energi pergolakan yang tertumpah ruah berdesakan di jalan, berbusa menyeru perubahan karena mereka tak tahan lagi terhimpit kekejian ala sistem yang penganutnya enggan membuka mata
Mulut mencipta orasi-orasi khas kaum tertindas, raga menumpah seni luapan estetika rasa yang lama terpasung dalam luka
Tak terhitung seruan revolusi sistem yang dalam sehari membuat ruang kerjamu bergetar dan sedikit retak di temboknya

Sayang,,,
Rakyat kini tak buta
Tak perlu mendikte mereka untuk merasa
Dari bibir pekerja kantoran hingga buruh pabrik rokok pasti akan terdengar senandung ingin yang sama
Ingin menuju perbaikan sebombastis silat lidah yang di zaman pemilihan tak henti kau kobarkan

Nah sayang, setelah keluhan dan curhatan maka mau tak mau kau WAJIB mau menerima saran
Semua kericuhan negeri BERPANGKAL satu dan BERSOLUSI satu
Pangkalnya karena kau setia berselimut di kolong KAPITALISME, sistem bengal yang menafikkan campur tangan TUHAN di ranah kehidupan
Solusinya adalah menerapkan kembali aturan sempurna yang terpancar dari MABDA ISLAM
Percayalah sayang, MASALAHMU SATU dan SOLUSIMU SATU!
Kutunggu kesadaranmu merengkuh peradaban yang gemilang.

-Dariku yang penuh sayang untukmu yang tersayang, pemimpin negeri yang tak bosan dikunjungi demonstran-

[Entah apakah sebutan sayang ini patut kusematkan pada mereka, namun jauh dalam hati aku sungguh sayang pada penguasa-penguasa muslim yang hingga kini belum juga mau menerapkan hukum syara’. Sering isak tangis keluar bersamaan dengan rasa marah saat berbagai ketakpedulian mereka melahirkan masalah-masalah baru bagi rakyat. Kecintaan mereka pada dunia membuat mereka lalai pada tugas untuk mengayomi dan melindungi rakyat, sebaliknya justru mereka telah tak peduli lagi tentang kidung anak kolong jembatan, senandung pilu korban pornoaksi, dan ratapan-ratapan yang tertumpah di jalan. Aku sayang, karena aqidah yang memanggilku, karena iman yang menyeruku. Maka Wallahi aku tak berhenti bergerak, tak akan. Hingga kalian sadar untuk menerapkan islam secara kaffah menjadi dasar negara atau aku yang mati bersimbah darah. Ya Allah, tetapkan tangan, mulut, kaki, mata, dan penaku untuk senantiasa menyeru dan tunduk di jalanMU.]

[Semburat JINGGA]

2 thoughts on “Untukmu, Sayang…

  1. Kekuatan FreeMason Yahudi bermain di balik aksi Anggodo, Gayus, Silo, dll.?
    Semua orang sepertinya berusaha untuk saling menutupi agar kedok anggota mafia FreeMason utamanya tidak sampai terbongkar.
    Jika memang benar demikian, maka tidak akan ada yang bisa menangkap dan mengadili Gembong tersebut -di dunia ini- selain Mahkamah Khilafah!
    Mari Bersatu, tegakkan Khilafah!
    Mari hancurkan Sistem Jahiliyah dan terapkan Sistem Islam, mulai dari keluarga kita sendiri!

Leave a reply to nobody Cancel reply